Anak mengalami keterlambatan bicara? Mungkin anda sendiri ?

Selama ini yoga dikenal sebagai suatu kegiatan yang bersifat holistik dari sisi fisik, mental dan spiritual. Namun, sejauh mana yoga bisa membantu seorang anak yang mengalami keterlambatan bicara, tidak banyak diketahui orang. Yoga dalam hal ini tidak meniadakan terapi wicara yang selama ini dikenal sebagai suatu terapi yang dianggap mampu membantu anak yang mengalami gangguan keterlambatan bicara. Namun dengan yoga, hasil yang dicapai jauh lebih cepat dan maksimal.

Dalam sebuah studi perbandingan antara seorang anak yang berlatih yoga dan yang seorang lagi tidak berlatih yoga. Dan keduanya mendapat terapi wicara. Maka secara kasat mata dapat terlihat bahwa pada anak yang berlatih yoga, dapat lebih fokus dan terlihat perbedaannya dalam cara mereka bernapas. Sehingga yoga dan terapi wicara dapat bekerja sama dalam meningkatkan kemampuan motorik anak, kognitif, kemampuan bicara dan perkembangan sosial pada anak.

Jadi, sebenarnya apa yang menjembatani antara yoga dan terapi wicara? Tidak lain adalah Napas.

Dari sudut pandang yoga, Napas adalah prana atau energi vital. Pada tubuh manusia, energi tersebut menghasilkan gerakan, struktur integritas dan bahkan kesadaran pada diri manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa energi, tubuh manusia tidak dapat berfungsi sama sekali. Yoga mengajarkan bagaimana meningkatkan dan mengkontrol aliran energi di dalam tubuh. Melalui latihan pranayama (latihan napas pada yoga) seorang anak dapat meningkatkan asupan prana atau vital energi untuk membangun suatu imunitas terhadap penyakit dan mengatasi banyak penyakit fisik.

Cara kita bernapas memiliki efek yang sangat mempengaruhi sistem saraf pusat. Rata-rata manusia hanya menggunakan sepertujuh dari total kapasitas paru-parunya padahal otak kita membutuhkan tiga kali lebih banyak oksigen dibanding baguan tubuh yang lain. Jadi jika latihan pranayama dijalankan secara konsisten, maka dapat menstabilkan pikiran dan emosi.

Sekarang jika kita lihat dari sudut pandang terapi wicara, Napas adalah DASAR dari kemampuan bicara manusia. Semua kata dan kalimat dihasilkan pada waktu membuang napas (exhalation). Pada setiap akhir dari pengucapan suatu kalimat, kita perlu melakukan ambil napas (inhalation) secara cepat dan kalimat berikutnya diucapkan pada saat membuang napas. Rentang waktu dalam pengucapan suatu kalimat adalah sekitar dua sampai lima belas detik sehingga dibutuhkan kontrol napas agar tersedia cukup waktu bagi orang yang berbicara untuk menyelesaikan kalimatnya.

Seorang bayi yang baru lahir, caranya is bernapas sangat cepat sekitar 40-45 kali per menit. Paru-parunya masih kecil, otot perut dan diafragmanya belum berkembang optimal, jarak leher dan tulang belikat-nya sangat dekat. Selama tahun pertama kehidupan, napasnya menjadi lebih lambat sekitar 25-35 kali per menit, bayi juga belajar menghasilkan variasi suara dan menggabungkannya dalam suatu bentuk yang koheren. Namun untuk anak-anak dengan cerebral palsy, napas mereka tetap cepat dan tidak teratur seperti bayi dimana ini adalah salah satu pola keterlambatan bicara.

Secara garis besar, kecepatan napas pada seorang anak sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukannya. Perubahan pola bernapas tampak pada anak yang melakukan gerakan duduk, menggerakkan kepala, tangan dan bahunya. Napasnya menjadi lebih cepat untuk memberi oksigen ke darah yang mana memelihara sel-sel otot agar dapat melakukan gerakan yang diinginkan. Jika otot-otot dari leher, tubuh dan bahu tidak seimbang (aligned) maka diafragma tidak dapat bekerja maksimal karena ada hambatan dari postur tubuh tersebut. Postur tubuh yang seimbang sangat membantu anak agar dapat bernapas lebih dalam dan nyaman. Atas dasar inilah, maka dapat dikatakan bahwa perkembangan kemampuan bicara tidak dapat dipisahkan dari postur fisik seorang anak.

Ada tiga jenis bentuk otot yang dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi pada anak: low muscle tone, high muscle tone dan fluctuating muscle tone. Anak-anak dengan Down Sindrom biasanya memilki low muscle tone sehingga mereka sulit mengkoordinasikan gerakan pada bibir, lidah dan rahang. Pembesaran amandel dan alergi pilek yang berulang membuat mereka cenderung bernapas melalui mulut yang mana mempengaruhi kejelasan artikulasi, kelancaran dan resonansi suara. Dengan melakukan terapi yoga untuk anak dengan kebutuhan khusus, yang menekankan pada postur dan napas anak, maka akan membantu meningkatkan kemampuan bernapas dan berlatih bernapas lewat hidung.

Anak dengan Cerebral Palsy umumnya memiliki kemampuan motorik dan oral yang terbatas yang disebabkan mereka memiliki bentuk otot yang kaku (high muscle tone). Kemampuan bicara tergantung kepada koordinasi otot yang ada pada diafragma, dan artikulasi (bibir, lidah, rahang). Latihan yoga menyebabkan adanya stretching dan relaxing di bagian otot tersebut ditambah dengan deep relaxation sepuluh menit dimana hal ini sangat membantu si terapis wicara untuk menormalisasi high muscle tone. Latihan pranayama dapat meningkatkan pernapasan dengan membuka bagian dada dan menguatkan diafrgma, juga meningkatkan sistem saraf pusat yang mana langsung berhubungan dengan kegiatan motorik.

Kesimpulan saya, proses pernapasan yang baik adalah salah satu KUNCI UTAMA untuk memperbaiki gangguan bicara. Latihan pernafasan yoga atau pranayama tidak hanya mengajarkan pernapasan yang baik tapi juga memberi oksigen ke darah dan juga menguatkan sistem saraf pusat. Gerakan-gerakan di yoga membantu proses bernapas dengan membentuk postur tubuh yang bagus dan membantu menormalkan high atau low muscle tone.

Manfaat yoga tidak hanya untuk anak tapi juga orang dewasa. Remaja atau orang dewasa kemungkinan ada yang memiliki gangguan bicara atau masalah suara, yang mana disebabkan karena mereka tidak tahu bagaimana mengkoordinasikan napas mereka dengan suara yang keluar. Sekali mereka sudah dapat bernapas yang dalam dan menerima asupan oksigen yang cukup maka seluruh sistem tubuh akan berfungsi lebih baik.